Thursday, February 21, 2019
Monday, December 25, 2017
Mendung
Dalam bayang sering aku berimajinasi mengenai pilihan yang tak kunjung aku lakukan. Getar tulang ekor hingga ujung leher menghantui tiap aku bermain dengan bayang itu. Sering kali aku berfikir bahwa mereka tak menganggapku sungguh. Mungkin karena aku ini pengecut, hanya penuh kata-kata tanpa laku. Seringkali aku memang berkata dan berpena, karena aku masih ingin mencoba. Setidaknya ‘hingga besok’ pikirku tiap kali aku dilanda imaji ini. Aku berkata dan berpena merupakan salah satu cara untuk meninggalkan jejak bilamana suatu hari nanti aku sungguh melakukan apa yang selama ini aku imaji-kan. Aku pengecut, dan aku benci itu. Meski belum sanggup kulakukan, sering aku imaji-kan. Tapi aku tak tahu seberapa lama lagi aku bisa terus mencoba.
Bilamana kamu ingin mengerti rasanya, aku menggambarkan imaji ini layaknya kamu berkelahi dengan awan hujan yang begitu gelap dan pekat, kamu tahu hanya masalah waktu-lah awan itu akan segera hujan dan menyambarkan ribuan petir-nya, tapi kamu tetap berlari menghindari awan itu. Tiap kali kamu menoleh kebelakang, awan itu bukan semakin jauh, tapi kian melebar, melebar hingga ujung ekor matamu. Rasa takut itulah yang selalu aku rasakan. Perlahan alasanku untuk berlari dari awan itu kian berkurang, dan aku takut bila suatu saat nanti aku akan berhenti mencoba berlari ‘hingga besok’.
Wednesday, December 13, 2017
Semu
Nikmat sebatang rokok akan terasa selama masih ada sebatang rokok menyala. Sebotol alkohol akan melepas dahaga duka selama masih ada segelas janji bahagia. Berlembar kertas akan terasa menyuburkan selama masih ada lembar yang belum terbaca. Lantunan irama akan menyuarakan jiwa selama piringan hitam masih berputar. Kebebasan masih menghempas kulit selama dua roda masih meraung-raung. Keindahan akan indah selama masih ada negatif bersih. Bahagia akan terasa selama masih ada produsen hormon endorphins, dopamine, dan serotonin. Bahagia akan terasa melegakan selama masih ada duka. Aku. Aku menggunakan duka untuk bersuka. Sayangnya, duka ku tak kunjung mereda. Mungkin inilah bahagia. Kesemuan belaka. Sesungguhnya tak ada.
Wednesday, December 6, 2017
Ingin
Aku belum pernah ke Amerika,
tapi aku ingin.
Aku belum pernah ke Turki
tapi aku ingin.
Kulit ku belum pernah ditetesi butiran salju,
tapi aku ingin.
Wajahku belum pernah bergesekkan angin dengan pasir gurun,
tapi aku ingin.
Tubuhku belum pernah dibasuh di sungai nil,
tapi aku ingin.
Mulutku belum pernah merasakan sushi,
tapi aku ingin.
Jiwaku belum pernah dipercayai oleh jiwa lain,
tapi aku ingin.
Aku belum pernah mati.
Tapi aku ingin.
tapi aku ingin.
Aku belum pernah ke Turki
tapi aku ingin.
Kulit ku belum pernah ditetesi butiran salju,
tapi aku ingin.
Wajahku belum pernah bergesekkan angin dengan pasir gurun,
tapi aku ingin.
Tubuhku belum pernah dibasuh di sungai nil,
tapi aku ingin.
Mulutku belum pernah merasakan sushi,
tapi aku ingin.
Jiwaku belum pernah dipercayai oleh jiwa lain,
tapi aku ingin.
Aku belum pernah mati.
Tapi aku ingin.
Saturday, August 19, 2017
Apabila
Apabila didunia ini tidak ada; konsekuensi.
Maka kalian tak akan peduli dengan alasan mengapa aku melakukan hal ini.
Kalian akan terdiam, dan melakukan hal yang sama seperti apa yang aku lakukan.
Karena jauh didalam benak mu, kalian mengerti apa yang aku lakukan ini adalah,
benar adanya.
Monday, July 24, 2017
Sabda kedua
Tak seperti kehidupan yang menuntut banyak,
kematian hanya menuntut satu hal;
akan ketidak-eksis-an dirimu.
Lalu izinkan aku bertanya satu hal kepadamu,
apakah selama ini kamu hidup?
Atau sebaliknya,
mati?
Tuesday, May 9, 2017
Catatan Hari Pertama
Pagi itu mataku terbuka
Memandang semua,
dan berkata tanpa ragu;
"Ah dunia! Betapa indah dirimu!"
Siang hari aku bertanya
Apa mengapa bagaimana dimana siapa dan berapa
Tapi sering kali menanya
Apa dan mengapa
Sore hari aku mencumbu segelas kopi
Pahit, kataku.
lalu kata mereka;
Kopi itu pahit, tanpa harus kau ungkapkannya
Kopi itu pahit, tanpa harus kau ungkapkannya
Tapi aku berkata;
Tidak.
Kopi tidak akan terasa pahit bila tidak ada seorang insan yang mencicipnya.
Mereka tertawa.
Malam hari aku berangan
untuk kembali pada pagi
pada saat aku mencintai dunia
sebelum aku mencicip kopi
Esok di pagi hari mereka berkata;
Kasihan dia.
Masih muda, sudah tak bernyawa.
Tuesday, March 7, 2017
Ketuk Saja
Tanpa nada ia bersuara,
tanpa lelah ia berpena
dengan apa ia bersabda?
tentu Cinta!
cinta berbalut kata, tanpa nada
ah, bisa saja aku melamun...
tok tok
Ya!
tok tok tok
Aku sedang baca!
tok tok tok!
Bangsat!
Aku sedang baca!
tunggulah sejenak!
tok tok tok
kamu tak percaya?
;ku banting pintu penuh tenaga
;ku lempar buku yang ku baca
;nyata!
TOK TOK TOK!
Apa mau mu!?
Biadab! Bajingan!
TOK TOK TOK!
TOK TOK TOK!
TOK TOK TOK!
habis sudah lamunanku
menyadari cintanya,
;bukan cinta mengata, dengan telinga terbuka
;bukan cinta bernada, dengan mata membaca
hanya cinta mengetuk pi-
TOK TOK TOK!
Bangsat!!!
Saturday, October 29, 2016
Mimpi
Orang bilang;
Gantung mimpi
setinggi langit!
Tapi aku tidak.
Cukup.
Gantung mimpi,
setinggi pohon.
Karena pada akhirnya
tubuhku berayun,
tergantung di pohon.
Bersama mimpi
Gantung mimpi
setinggi langit!
Tapi aku tidak.
Cukup.
Gantung mimpi,
setinggi pohon.
Karena pada akhirnya
tubuhku berayun,
tergantung di pohon.
Bersama mimpi
Thursday, October 27, 2016
Tuesday, October 11, 2016
Aku ingin menjadi anjing
Orang sering hujat orang lain dengan;
"Anjing!"
Sekalipun, terkadang,
orang itu lebih manusia, daripada mereka;
"yang mengaku manusia,
tapi bukan."
Aku ini,
lebih manusia dari mereka!
Tapi sering dikata;
"Anjing!"
Andai aku ini anjing,
aku pasti menjadi anjing,
yang lebih manusia
dari pada mereka,
yang mengaku manusia,
tapi bukan.
Dasar, manusia keramaian!
"Anjing!"
Sekalipun, terkadang,
orang itu lebih manusia, daripada mereka;
"yang mengaku manusia,
tapi bukan."
Aku ini,
lebih manusia dari mereka!
Tapi sering dikata;
"Anjing!"
Andai aku ini anjing,
aku pasti menjadi anjing,
yang lebih manusia
dari pada mereka,
yang mengaku manusia,
tapi bukan.
Dasar, manusia keramaian!
Thursday, September 29, 2016
Bajingan Suci
Rajin-mu sembahyang
Rajin-mu shalat lima waktu
Rajin-mu sembahyang
Rajin-mu baca buku sang gusti
Rajin-mu sembahyang
Rajin-mu pula bicara tai,
tiap hari, tujuh kali seminggu.
Rajin-mu pula bicara tai,
tiap waktu.
Penuhi mulutmu dengan tai.
Karena kamu manusia suci.
Mau bagaimana?
Kamu kan bajingan!
Rajin-mu shalat lima waktu
Rajin-mu sembahyang
Rajin-mu baca buku sang gusti
Rajin-mu sembahyang
Rajin-mu pula bicara tai,
tiap hari, tujuh kali seminggu.
Rajin-mu pula bicara tai,
tiap waktu.
Penuhi mulutmu dengan tai.
Karena kamu manusia suci.
Mau bagaimana?
Kamu kan bajingan!
Wednesday, September 28, 2016
ke kamu untuk ke aku
Aku ke
kamu perlu
Aku ke dia.
Baru, dia
ke kamu.
Lalu, aku
tahu kamu.
Walau, aku
tahu kamu tahu aku.
Meski, kamu tahu
aku pun tak tahu
Kalau, kamu
tak mau aku dan dia.
Atau kamu, mereka dan kita.
Puisi ini sesungguhnya adalah permintaan dari kawan
lamaku pada beberapa hari lalu. Dimana puisi yang satu ini adalah salah satu
puisi dari beberapa banyak yang kutulis untuk permintaannya.
Monday, September 26, 2016
Ke-rinduanku
Aku rindu akan masa sebelum diriku eksis. Ketika aku tak bergelut dengan dunia yang kubenci. Tak bergelut dengan problematika. Tak bergelut dengan relasi. Tak bergelut dengan nominal. Tak bergelut dengan kata-kata. Tak bergelut dengan ketidak-rasionalan. Tak bergelut dengan kebohongan yang dieksiskan. Sungguh, aku muak akan kehidupan ini. Maafkan aku bila suatu hari nanti aku kan berkata; "Selamat tinggal.”.
Thursday, September 22, 2016
Kesadaranku
Ketika diriku sadar akan bernafas,
Sadarlah diriku jikalau suatu hari nanti kan berhenti bernafas.
Orang sebut itu mati.
Jikalau diriku tak bisa mengatur umur akan kematianku,
Mengapa tak kupilih saja cara akan kematian yang ku mau?
Tuesday, September 20, 2016
Sabda Pertamaku
dengarlah sabdaku;
"Waktu menyerupai piringan hitam!"
dan masih saja,
kalian para manusia
tak satupun bernyawa.
Percuma!
"Waktu menyerupai piringan hitam!"
dan masih saja,
kalian para manusia
tak satupun bernyawa.
Percuma!
Sunday, September 18, 2016
Thursday, September 15, 2016
kemarau bulan Agustus
Kemarau jiwa ini,
hauskan hujan pelipur lara
Haus lebat akan sayang mu
Namun awan berkata lain!
Dengan tega ia hujani tanah basah
Retakkan tanah kering tak berawan
Tinggalkan tuan,
tanpa setetes harap dan
tanda akan awan
Ah—
Persetan kemarau dibulan Agustus!
Subscribe to:
Posts (Atom)